Hanya Secercah Tekad Seorang Anak Petani
Di bawah teriknya matahari. Panas hingga keringat terus saja tak hanya menetes. Mengalir terus, seakan seperti membanjiri seluruh tubuhmu. Tapi Engkau tak kenal lelah. Engkau terus menggorek, menyapu, menggorek hingga panenan padi itu kering. Hingga panenan padi itu tampak bersih. Seperti hamparan emas yang gemerlap terkena teriknya matahari.
Maafkan anakmu ini yang hanya bisa melihatmu. Memandangmu. Tanpa bisa bergerak membantumu. Di sini anakmu yang hanya bisa duduk diam. Tak adakah secercah untuk membantumu. Maafkan anakmu ini. Maafkanlah anakmu ini yang bahkan terkadang hanya takut panas yang bisa menghitamkan kulitanya karena membantumu. Seakan sok sibuk. Sok membaca. Sok tak memperhatikanmu. Maafkanlah jika anakmu ini yang tak bisa menjadi anak yang tak tahu di untung.
Engkau begitu semangat bekerja. Dari mulai menanam padi hingga memanennya seperti sekarang. Hanya untuk siapa? Yang jelas hanya untuk anakmu ini yang tak tahu di untung ini. Sekali lagi hanya untuk anakmu ini yang tak tahu di untung ini.
Cukup. Aku sebagai anakmu sungguh. Aku sungguh-sungguh minta maaf. Meski aku tahu tanpaku meminta maaf pun engkau sudah memaafkan. Aku tahu. Di setiap sholatmu. Setiap doamu. Engkau selalu menyebut namaku. Engkau bahkan pasti sampai menangis untuk anakmu ini yang terbaik. Bisa merubah menjadi yang terbaik. Engkau mengharapkan lebih untuk anakmu ini. Aku sebagai anakmu bertekad. Semoga aku kelak bisa membawa perubahan. Perubahan indah tak terduga untuk engkau. Tak akan kusia-siakan harapan ini hanya untuk engkau. Terkhusus untukmu ibu. Tak ada yang tak mungkin di dunia ini. Salam sukses dunia akhirat. Aamiin....
Aamiin....
BalasHapusprofesi petani menurut sya adalah salah satu pekerjaan paling mulia di muka bumi ini, mereka berteman dengan tanah dan lumpur, menikmati apa yang diberikan Tuhan didepan mata mereka, menikmati cucuran keringat yang justru sangat menyehatkan raga.. trimakasih artikelnya yg menggugah ini mbak.. smoga makin berkembang ya
BalasHapusIya, terima kasih banyak kak
Hapus