Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mencapai Kesetaraan Gender: Kodrat Tidak Pernah Memasungkan Karya

Kodrat tidak pernah memasungkan karya. Namun sayangnya hanya karena adanya ketidaksetaraan gender, sebuah diskriminasi berdasarkan identitas gender, yang bersifat kodrati yang menjadi penghalangnya. Potensi-potensi yang telah ada, yang seharusnya bisa untuk dimaksimalkan sehingga menciptakan karya-karya yang besar penuh kebermanfaatan itu menjadi terganggu. 
Keadaan itu terjadi sampai dengan sekarang, dan masih belum tahu akan sampai kapan. Hingga semuanya akan menyadari, mencapai kesetaraan gender itu sangatlah penting. 

Gender dapat didefinisikan sebagai pembedaan peran, atribut, sikap tindak atau perilaku, yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat atau yang dianggap masyarakat pantas untuk laki-laki dan dan pantas untuk perempuan (Helen Tierney (ed.), T. th: 153). 

Dan dengan definisi seperti di atas dapat ditafsirkan dengan sangat jelas sejelas-jelasnya telah ada perbedaan ataupun pembeda antara laki-laki dan perempuan di dalam masyarakat. Bukan karena pembeda antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan, namun pembeda kultur sosial di dalam masyarakat atau lebih mudahnya ada pembeda pemberian sifat yang dibentuk dalam masyarakat. 

Peran laki-laki sebagai kepala keluarga, peran perempuan sebagai ibu rumah tangga. Sifat perempuan fenimisme, seperti lemah lembut, emosional, penurut, dst. Sifat laki-laki maskulin, seperti kuat, tegas, rasional, dst. Padahal kenyataanya, tidak selalu demikian halnya. Ada perempuan yang perkasa, rasional, tegas, begitupun laki-laki ada yang gemulai, emosional, penurut. Dan itu menjadikannya sebuah bentuk diskriminasi berdasarkan identitas gender, yang bersifat kodrati. Sebuah bentuk ketidaksetaraan gender.

Diskriminasi berdasarkan gender masih terus saja terjadi pada segala aspek kehidupan, di seluruh dunia. Membuatkan ketimpangan gender dalam kesempatan dan kendali atas sumber daya, sosial, kekuasaan, dan partisipasi politik terjadi di mana-mana. Perempuan dan anak perempuan memanglah yang menanggung beban paling berat akibat ketidaksetaraan yang terjadi. Namun pada dasarnya, ketidaksetaraan gender ini yang membuat rugi semua orang. Bahkan negara-negara dunia.

Karena, semisal saja di Indonesia yang secara kuantitas jumlah penduduk perempuan jauh lebih banyak dari pada laki-laki. Dan karena korban dari ketidaksetaraan gender seperti stereotype, prasangka atupun anggapan perempuan yang harus nomor dua, tugasnya di rumah, gak perlu sekolah tinggi-tinggi dan lain-lainnya pada masyarakat. Jika dilihat dengan kuantitas tersebut berarti menjadikannya sebagian besar penduduk berdiam di perdesaan, tertinggal dan memiliki pendidikan yang rendah. Sumber daya akan menjadi beban jika tidak dimaksimalkan peran dan fungsinya dalam segala pembangunan. Namun sebaliknya, akan menjadi sumber daya yang besar manfaatnya jika mampu diarahkan menjadi insan yang berdayaguna tinggi.

Maka, untuk mencapai kesetaraan gender itu sangatlah penting. Dimana kesetaraan gender (gender equality) adalaah konsep yang menyatakan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kebebasan untuk mengembangkan kemampuan personal dan juga membuat pilihan-pilihan tanpa batasan oleh seperangkat stereotype, prasangka, serta peran gender yang kaku (Arkaniyati, 2021).

Kesetaraan gender akan membuat kemampuan negara untuk terus berkembang, mengurangi kemiskinan, dan memerintah secara efektif. Menjadikannya strategi pemberdayaan masyarakat (semua orang baik laki-laki maupun perempuan) yang mengentaskan diri dari kemiskinan dan meningkatkan taraf hidup.

Hingga dapatkan mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, karena tenaga kerja yang penuh, produktif dan pemberian pekerjaan yang layak bagi semua. Dapatkan membangun infrastruktur yang tangguh, mendukung industrialisasi yang inklusif berkelanjutan dan membantu perkembangan inovasi. Serta dapatkan mengurangi ketimpangan di dalam maupun antar negara.

Dan dengan semua akan hal itu maka jelas adanya. Kodrat tidak pernah memasungkan karya. Baik laki-laki maupun perempuan itu sama-sama manusia. Keduanya sama-sama memiliki berbagai potensi dan kemampuan yang dapat diasah dan diarahkan untuk menghasilkan karya. 

Lalu kenapa dengan segala aspek kehidupan, di seluruh dunia ini? Pengaplikasian kesetaraan gender masih kerap saja menjadi perbincangan. Layaknya suatu hal yang masih mengganjal penuh keragu-raguan untuk penerapannya. Yang padahal sejatinya sejarah pun sudah mencatat bahwa kesadaran untuk merdeka dan peningkatan kesejahteraan hidup rakyat dimiliki oleh segenap anak bangsa. Dengan itu berarti, berlaku untuk laki-laki dan juga perempuan. 

Kodrat adalah sesuatu yang ditetapkan oleh Tuhan Yang Maha Esa, sehingga manusia tidak mampu untuk menolak atau mengubah. Dan sifatnya universal, misalnya perempuan yang kodratnya itu melahirkan, menstruasi dan menyusui, sedangkan laki-laki mempunyai sperma.

Dengan semua kebenarannya yang seperti itu, kenapa dunia masih saja memandang gender itu merupakan kodrat? Yang padahal jelas sangat sejelas-jelasnya gender itu tidak sama dengan kodrat. Hingga berakibatkan ketidakadilan gender, dimana kondisi tidak adil akibat dari sistem dan struktur sosial dengan korbannya, yaitu perempuan maupun laki-laki.

Kesetaraan gender itu terjadi jika tercipta suatu kondisi dimana porsi dan siklus sosial perempuan dan laki-laki setara, serasi, seimbang dan hormonis. Gender ataupun peran yang yang terbentuk di dalam masyarakatnya baik laki-laki maupun perempuan itu setara. Sebuah penerimaan perlakuan setara pada semua orang. Mendapatkan pembebasan setiap manusia baik laki-laki maupun perempuan bisa memiliki kesempatan yang sama untuk mengakses berbagai informasi dan pengetahuan. 

Tiga pilar prinsip Pembangunan Berkelanjutan (PB), yaitu aspek sosial, ekonomi dan lingkungan hidup dilaksanakan dengan melibatkan seluruh pihak dalam masyarakatnya. Namun sangat disayangkan, jika kesetaraan gender saja belum bisa tercapai dengan semestinya, lalu bagaimana Pembangunan Berkelanjutan bisa tuk dimaksimalkan? Karena keterlibatan masyarakatnya yang jelas masih sangat esensial hingga dengan itu berarti menjadikannya Pembangunan Berkelanjutan masih terbatas, belum bisa menjadikannya suatu gerakan yang aksi nyata. 

Disini jika saja kesetaraan gender tercapai sudah. Pengaplikasian akan hal itu sudah bukan lagi suatu yang mengganjal yang penuh dengan keragu-raguan. Semuanya akan bersama-sama (laki-laki dan juga perempuan) untuk menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni menjadi agenda bangsa yang harus dilaksanakan secara terlaksana, terarah, terpadu, dan berkelanjutan. Dan sebaliknya, jika tidak semuanya yang mengetahui, memahami. Hanya sebagian saja, misalkan hanya laki-laki saja atau perempuannya saja. Pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaannya akan kurang. Belum bisa memaksimalkan. Dengan itu berarti merupakan suatu kerugian, dan jelas akan berdampak yang negatif.

Maka kesimpulannya, perempuan dan laki-laki memiliki potensi yang sama. Keduanya pun memiliki hak yang sama untuk mendapatkan kesempatan mengembangkan potensi diri hingga menghasilkan karya. Dan lagi, kodrat tidak pernah memasungkan karya. Sebuah karya-karya akan semakin tercipta dan menghasilkan sebuah kebermanfaatan besar bagi masyarakatnya. Dan juga kebermanfaatan besar bagi semua pihaknya.
Dengan itu karenanya, sebuah kesadaran untuk pencapaian kesetaraan gender itu sangatlah penting. Dengan memaksimalkan potensi-potensi yang telah ada, tanpa memandang diskriminasi berdasarkan gender. Kodrat tidak pernah memasungkan karya. Jadi, biarkanlah ada kebebasan untuk semua baik laki-laki maupun perempuan berkesempatan mengembangkan potensi diri masing-masing. Hingga membuatnya menciptakan karya-karya yang besar penuh kebermanfaatan. Mengisikan segala aspek kehidupan, di seluruh dunia.



DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Abdul. 2017. Relasi Gender dalam Membentuk Keluarga Harmoni (Upaya Membentuk Keluarga Bahagia). Vol. 12. No. 2.
Nur, Suriani. Pemberdayaan Perempuan untuk Kesetaraan Gender & Meningkatkan Partisipasin dalam Pembangunan Lingkungan Hidup.
Qomariah, Dede Nurul. 2019. Persepsi Masyarakat mengenai Kesetaraan Gender dalam Keluarga. Vol. 4. No. 2.
https://kemenpppa.go.id/index.php/page/read/31/1439/mencapai-kesetaraan-gender-dan-memberdayakan-kaum-perempuan
https://eurekapendidikan.com/contoh-esai-argumentatif-mengenai-perempuan-hari-ini
https://demakkab.bps.go.id/subject/40/gender.html

9 komentar untuk "Mencapai Kesetaraan Gender: Kodrat Tidak Pernah Memasungkan Karya"

  1. Nice artikel kak, mantepp🙆🏻‍♀️

    BalasHapus
  2. Artikel yg menarik dan bermanfaat bagi trimaksih kaka

    BalasHapus
  3. referensi tulisannya udah lengkap dan bagus nih artikelnya, mengajak kita membaca sudut pandang terhadap kesetaraan gender di masa modern ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kak, makasih sudah mau membacanya dan penilaiannya

      Hapus
  4. benar sekali kita semua sama di hadapan pencipta hanya amal yang membedahkanya nanti

    BalasHapus
  5. Tulisannya keren . Lengkap dengan catatan kaki sebagai rujukan.

    BalasHapus
  6. Artikelnya bagus tapi sepertinya butuh optimasi agar terindex dengan baik di mesin pencarian

    BalasHapus