Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Akulah Rati

Aku di sini, di dalam sini yang selalu jujur, selalu benar tanpa pernah sedikit pun ada salah. Meskipun terkadang kau tak berpihak kepadaku, namun kuselalu setia padamu. Kamu selalu meragukanku, tapi sebaliknya akulah pembuat kuat pendirianmu. Keegoisanmu yang sering kali datang, hingga terkadang kau tega jahat melupakan akan keberadaan diriku. Tapi tetap pada tugasku, aku selalu jujur, benar tanpa pernah sedikit pun ada salah. 

“Cukup, gue sudah capek. Apa gue berbohong sedikit?”

“Berbohong hanya akan merusakmu."

“Lalu gue harus bagaimana jika tidak boleh berbohong?”

“Setidaknya berusahalah jujur, dan pasrahkan semua pada-Nya.”

“Cukup. Gue bingung, gue sungguh mumet rasanya.”

“Istirahatlah."

Perdebatan demi perdebatan terus yang hanya kulalui denganmu. Waktu kebersamaan menyatu itu pun sungguh sangat langka. Jika pun ada itu seperti tak akan pernah bertahan lama. Tapi ini terbaik bagimu. Aku di sini, di dalam dirimu untuk jujur, benar tanpa pernah sedikit pun salah. Aku pemberi arahan, pencerah. Akulah pundi-pundi atas segala kebenaran yang suci. Tak akan pernah ada penghianatan dariku.

“Ahhh dasar SETAN."

Teriakmu, setelah itu kau langsung memecahkan segala yang ada dan marah dengan sendirinya. Aku selalu memahamimu, makannya akupun selalu mengarahkanmu. Tapi keegoisanmu itu selalu saja datang. Dan kau melupakanku. 

“Astaghfirullahal’adzim…”

Kataku membimbingmu. Tapi kau malah selalu mengabaikan, sehingga aku harus menenangkanmu terlebih dahulu. Dan saat kamu sudah mulai tenang disitulah aku akan mulai bicara baik-baik padamu. Menunjukkan arahan untukmu, membimbingmu, hingga kamu berhasil menemukan keputusan dari setiap permasalahanmu.

“Ndak, jika itu dilakukan itu akan merugikanku.”

Katamu. Saat kusudah berhasil mengarahkanmu, membimbingmu, hingga pada akhirnya menemukan jalan keputusan yang baik dan benar suci adanya. Kau selalu tak mengambil seluruhnya. Kau malah hanya mengambil sebagian, dan tanpa kamu sadari itu akan membuat masalahmu kembali lagi. Itu akan menyesatkanmu lagi.

Kau tak pernah ambil kesimpulan yang baik, kamu malah hanya mampu menyesalinya. Dan jika itu sudah terjadi kamu hanya bisa menyalahkan atas dirimu sendiri. Siapa lagi? Itu memang kamu yang salah adanya. Aku sudah membimbingmu. Mengarahkanmu. Tapi tenang, selagi aku masih ada di sini. Di dalam dirimu. Aku akan melaksanakan tugasku terus dan terus menerus adanya.
Pertengkaran jelas akan terus ada jika kamu terus begini, kamu tak mau mendengarkanku. Ku tak bisa tinggal diam jika kamu terus melakukan kesalahan. Aku akan selalu mengingatkanmu untuk kebenaran. Karena akulah pengendali dirimu yang terbenar.

“Aku ingin mati."

“Jangan."

"Aku ingin mati saja.”

“Sudah ada yang mengatur.”

“Aku gak kuat."

“Ada Allah.”

“Aku harus apa?”

“Sholatlah.”

“DIAM.”

Pada akhirnya teriakmu. Kau menghempaskan dirimu pada kasur di dekatmu. Dirimu sungguh capek. Lagi-lagi kuselalu memahamimu. Kau terlalu banyak menghabiskan waktumu untuk hal yang tak berguna. Dan hal itu pun yang membuatmu tersiksa dengan dirimu sendiri. Istirahatlah. 

Masalahmu memang akan terus ada. Itu memanglah ujianmu. Tak ada yang bisa menyingkirkannya. Termasuk aku. Tapi inilah gunaku. Itu makannya aku selalu di sini, setia di sini, di dalam dirimu. Yang hanya mampu kamu rasakan dengan kelembutan, ketulusan, dan keikhlasan.
Allah yang memberikanku untukmu. Atas kuasa-Nya, Beliaulah yang menjalankanku. Bertanggung jawab atas kesadaran dalam moralmu, yang tumbuh dan berkembang dalam jiwamu untuk senantiasa melakukan sesuatu yang baik, benar, jujur dan tentunya selalu positif. Itulah kenapa jika kamu, dirimu ini bisa bertindak sesuai denganku  maka kedamaian hidup yang akan kamu dapati. Akulah Rati, ialah sang suara hati.

5 komentar untuk "Akulah Rati"

  1. Keren ceritanya. banyak pelajaran didalamnya

    BalasHapus
  2. wah keren bisa buat karangan puisi yang bagus kebetulan saya juga suka buat karangan cerpen mungkin bisa digunakan sebagai inspirasi menulis...
    Penulis Blog dan Secangkir Kopi

    BalasHapus
  3. dramatis juga ya karanganya

    BalasHapus